Rabu, 12 April 2023

Larva Mycosis

 1. Definisi/Faktor Pendukung

Penyebaran jamur ini sangat luas, hampir di seluruh perairan payau (pantai) [1]. Sumber penularan jamur adalah induk yang membawa bibit penyakit, pakan berupa kepiting yang terinfeksi jamur dari air [2]. Sumber lainnya adalah indukan, air kolam pembesaran, dan sumber air hatcheri [6]. Kematian dapat mencapai 100% dalam 2 hari [5]. Zoospora motil mampu menyebarkan penyakit antar larva dalam bak hathceri [6]. Spora jamur ini dapat bertahan di udara dan ada dimana-mana di hatcheri. Di dalam air laut spora ini dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama dan ketika melekat pada hospes akan mengista di kutikula telur atau larva atau kista Artemia [9].

2. Gejala Klinis

Larva menunjukkan gejala lemah, anemia, anoreksia, pada thorax, abdomen, tangkai mata, dan kakinya terlilit hifa [1]. Pada larva punggung berwarna keputihan [2]. Telur yang terinfeksi tidak dapat menetas. Saat infeksi, miselium jamur menggantikan jaringan larva dan beramifikasi ke seluruh tubuh [5]. Satu hingga lima hari pasca infeksi apabila tidak ditangani akan mengakibatkan ortbreak dengan kerugian yang fatal [6]. Kematian udang pada kasus larval mycosis ini umumnya disebabkan oleh kegagalan molting atau pergantian kulit [10].

3. Pencegahan dan Pengendalian

Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan disinfeksi bak sebelum digunakan, penyiponan, penggunaan treflan 0,1 ppm setiap 2-3 hari sekali. Pengobatan dapat menggunakan treflan 0,2 ppm selama 24 jam pada malam hari disertai penutupan bak dengan terpal untuk mencegah fotodegragadasi treflan tersebut [1]. Treflan dosis 10-100ppb efektif membasmi zoospora. Treflan bersifat tidak stabil di air, setiap 5-8 jam harus diaplikasikan ulang untuk menjaga efikasi obat. Obat ini memiliki kelemahan, dimana tidak mampu menghambat jamur apabila telah masuk ke jaringan larva [6]. Perendaman dengan formalin 10-25ppm dapat dilakukan selama 24 jam [3]. Perendaman induk dengan malachite green oxalate 5ppm selama 15 menit atau KmnO4 0,4% selama 30 menit dapat menghindari kontaminasi. Perlakuan air dengan kaporit 20ppm untuk mencegah penularan dari air [1]. Cahaya UV dapat digunakan dengan hasil yang cukup baik [9]

Penanganan secara fisik dilakukan dengan membersihkan peralatan, pipa, bak, untuk menghilangkan bahan organic dan mendisinfeksi permukaan. Bahan disinfektan yang mampu mendeaktivasi Lagenidium dengan paparan 24jam adalah Kalsium hipoklorit 500ppm atau lebih, formalin 50ppm, benzalkonium klorida 50ppm dan detergen 50ppm [6]. Penanganan terhadap telur atau nauplii dilakukan dengan membilas dengan air laut dan melakukan seleksi dengan mengambil nauplii yang menunjukkan respon fototaksis [7]. Klorin yang biasa digunakan untuk disinfeksi hatcheri (sosis 20-200ppm hipoklorit) tidak cukup efektif membasmi fungi ini [8]

Referensi

1. Amri, K. dan Iskandar Kanna. 2008. Budidaya Udang Vaname: Secara Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

2. Arifin, Z., Handayani, R., Sri Murti Astuti, Noor Fahris. 2010.  Waspadai Penyakit pada Budidaya Ikan dan Udang Air Payau. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau: Jepara.

3.Maskur, Mukti Sri Hastuti, Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti, M. Nurzain, Dewi Retno Murdati, Andi Rahman, Trinita Debataraja Simamora. 2012. Buku Saku Pengendalian Penyakit Ikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

4. Johnson, S.K. 1995. Handbook of Shrimp Diseases. Department of Wildlife and Fisheries Science, Texas A&M University.

5. CIBA. Major Diseases of Brackishwater Species

6. Brock, J.A. dan Main, K.L. 1994. A Guide to The Common Problems and Diseases of Cultured Penaeus vannamei. The Oceanic Institute: Honolulu

7. Pathology Laboratory Shortcourse. 2012. UAZ: Arizona

8. McVey, J.P. 1993. CRC Handbook of Mariculture: Crustacean Aquaculture, Second Edition, Volume 1. CRC Press

9. Food and Agriculture Organization. 2007. Improving Penaeus Monodon Hatchery Practices: Manual Based on Experience in India.

10. Afrianto, E., Evi Liviawaty, Zafran Jamaris, Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta Timur


0 komentar:

Posting Komentar